Ngaruwat Bumi: Tradisi Yang Masih Dilestrikan Masyarakat Jatiwaringin Mauk

LINTAS24NEWS.com – Banyak tradisi peninggalan nenek moyang terdahulu yang sampai saat ini masih dilestarikan masyarakat Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, salah satunya ialah ‘Ngaruwat Bumi’.

‘Ngaruwat Bumi’ dalam bahasa sunda sendiri adalah Ngarawat bumi (Memelihara bumi) atau juga disebut selametan bumi. Sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas segala yang diperoleh dari hasil bumi selama ini. Masyarakat Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk sendiri menggelar acara tersebut satu kali dalam setahun, biasanya dalam kalender hijriyah islam bertepatan pada bulan Rabiul Awal (Maulid).

Kepala Desa Jatiwaringin Mauk, Hasan Bahri mengatakan, acara Ngaruwat Bumi atau rawat bumi yang dilaksanakan oleh masyarakat desanya adalah tradisi nenek moyang terdahulu yang hingga saat ini masih dilestarikan. Manifestasi wujud rasa syukur itu berupa ritual tasyakuran yang digelar secara bersama-sama dengan membawa makanan, buah dan sayur-mayur yang dibawa masing-masing untuk didoakan dan kemudian dimakan secara bersama-sama.

Baca juga:  DKR Sepatan Adakan Seleksi Anggota Dewan Kerja Ranting Sepatan Masa Bakti 2021-2024

“Ini (Ruwat Bumi_red) tradisi dari orang tua terdahulu yang dirasa baik dan perlu dilestarikan, apalagi dengan menggelar doa bersama Insya Allah akan membawa keberkahan,” kata Kades yang akrab disapa Baron kepada Lintas24news.com, Jumat (5/11/2021).

Baca Juga: Bhabinkamtibmas Polsek Mauk Laksanakan Sambang Kepada Warga

Selain itu, lanjutnya, momentum ritual Ruwat Bumi kali ini juga disempatkan dengan berziarah ke makam salah satu tokoh sepuh yang ada di makam Nunut. Hal itu dilakukan agar masyarakat mendoakan dan bisa mengenal siapa saja tokoh-tokoh terdahulu yang menyebarkan ajaran islam di Desa Jatiwaringin.

“Mudah-mudahan kedepan masyarakat Jatiwaringin diberikan keselamatan dan kemakmuran,” ujarnya.

Baca juga:  SDN Kiara Payung Pakuhaji Tangerang Disegel Ahli Waris

Sementara, tokoh masyarakat setempat, Ahmad Atel (70) mengatakan, bahwa dengan adanya ritual Ruwat Bumi, selain mengingatkan manusia akan merawat bumi dengan seksama hal itupun dijadikan refleksi bahwa sejatinya manusia akan kembali kebumi. Maka untuk itu dirinya berpesan, bahwa cintai yang ada di bumi, karena niscaya langit akan menyayangimu.

“Semua manusia bakal ke asal (Bumi_red). Cintai yang di bumi, niscaya langit menyayangimu,” pungkasnya. (Red/Ade Maulana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *