LINTAS24NEWS.com – Momentum Muktamar XIX Ikatan Mahasiswa Muhammadiah (IMM) yang sempat tertunda karena wabah pandemi harus juga dapat kita maknai bukan hanya dalam posisi regenerasi kepemimpinan tetapi juga sebagai wujud nyata sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang telah menkonsensuskan Pancasila sebagai Dahrul Ahdi Wasyahadah, bahwa IMM ada dalam bingkai Indonesia, bahwa Muktamar dalam rangka menyiapkan Pemimpin muda yang juga masa depan bangsa.
IMM sebagai organisasi Mahasiswa salah satu yang terbesar juga harus melihat peluang dan juga tantangan kedepan, agar kader-kader IMM dapat berkotribusi, mampu mendistribusikan baik pikiran maupun juga karya nyatanya, karena IMM tidak boleh absen terlebih alpa dalam mewujudkan Islam berkemajuan, hal-hal yang konstruktif untuk kemajuan Indonesia, termasuk dengan memberikan kritik solutif jika kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak berpihak pada hajat masyarakat banyak.
Disisi lain bahwa merayakan kebhinekaan dapat diartikan IMM telah memenangkan perlombaan, menjadi aneh jika ada momentum perayaan tetapi IMM tidak memenangkan apa yang telah kita jadikan tujuannya. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa IMM kedepan harus mampu berjalan beriringan, mendorong alumnusnya agar juga ambil bagian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, baik itu ada dilingkaran kekuasaan dengan menjadi negarawan ataupun politisi, hal produktif lainnya dengan menjadi pengusaha, didalam persyariktan dengan aktif di amal usaha, ataupun menjadi alim ulama ditengah ummat. Tanpa pendistribusian kader yang jelas sama halnya juga prores perkaderan dan juga regenerasi kepemimpinan di tubuh IMM mengalami stagnansi, adanya regenerasi tanpa kontribusi.
Aku merasa bahwa di satu waktu, kepemimpinan berarti kekuatan; tapi hari ini hal itu berarti maju bersama-sama dengan orang lain (Mahatma Ghandi).
Setiap kader IMM harus saling percaya, bahu membahu, mendorong satu dengan lainnya, tanpa posisi akan menjadi kecil peluang IMM untuk berkontribusi besar. Percayalah bahwa keberadaan kader-kader IMM disetiap lini kehidupan hanya ditujukan dalam rangka Pengabdian.
Kader IMM harus mampu menjadi profesor disetiap lini kehidupan, seorang pakar yang dekat dengan realitas, tidak melangit dengan ilmu pengetahuan terlebih kedudukan yang diamanahkan padanya. Nafas yang wajib dimiliki oleh setiap kader IMM, sehingga persyarikatan, ummat dan bangsa akan memperoleh insentif dari keberadaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Akhirnya Muktamar akan usai, pergantian komposisi kepemimpinan akan disusun oleh Ketua Umum terpilih bersama-sama 12 Formatur terpilih, tetapi tidak menandakan bahwa perayaan telah selesai dengan arti semua telah berakhir, ada hal-hal yang dirumuskan dalam pleno-pleno muktamar juga wajib dilaksanakan sebagai amanah dari kader IMM seluruh Indonesia. Pun dengan peserta dan kader IMM Se-Indonesia, hasil muktamar harus kita sambut dengan gembira, dengan penuh optimisme, karena tanpa kegembiraan dan optimisme perjalanan kedepan akan terasa terjal.
Kembalinya kita kedaerah dari sabang sampai merauke harus juga menyampaikan pesan kebaikan, bahwa Muktamar IMM dihujani oleh ide gagasan, ide-ide untuk memajukan persyarikatan, memajukan Indonesia, untuk kemajuan masyarakat, tidak hanya memikirkan tubuh Ikatan. Tidak ada cerita kelam, tidak ada hal-hal kontra produktif, yang ada muktamar IMM membawa harapan, semangat baru, bicara akan bagaimana kita bersama, kader IMM seluruh Indonesia.
Jika Alumnus berperan nyata secara profesional dalam misi pengabdian, maka sebagai kader aktif baik IMMawan-IMMawati kita wajib bergegap gempita menangkap peluang, kesempatan yang ada, kuliah di eropa, benua amerika, menguasai asia, keliling dunia, bicara banyak tentang Islam, bagaimana Idonesia berbhineka, bagaimana kita merayakan keberagaman.
Angkat kepalamu! Anda tidak diciptakan untuk gagal, Anda diciptakan untuk kemenangan. Maju dengan keyakinan penuh kegembiraan (George Eliot).
Cerahnya masa depan IMM sama halnya cerah masa depan Muhammadiyah, masa depan Indonesia. Mari kita jadikan momentum Muktamar sebagai hari terbaik dalam rangka mencerahkan peradaban ummat manusia.
Oleh: Tri Laksono, Ketua Bidang Hikmah DPD IMM Banten.
Jika Anda tidak melangkah maju, maka Anda akan berada di tempat yang sama (Nora Robert).
(Red)