JAROS ‘Jaringan Organ Santri’ 24: Halal Bihalal dan Budaya Konsolidasi Bangsa

KABUPATEN TANGERANG, LINTAS24NEWS.com Rabu (4/5/2022) -Seusai umat Islam berpuasa Ramadhan sebulan penuh, saatnya selebrasi merayakan kemenangan dengan kembali ke potensi kefitrian atau kesucian jiwa dan ruh. Menikmati ragam sajian tradisi bersama keluarga. Melakukan acara halal bihalal.

Acara halal bihalal, tradisi khas Indonesia untuk saling meminta maaf dan memberi maaf. Membebaskan jiwa dan ruhani dari segala beban dan dosa sehingga merasa lapang, ringan dan bahagia saat berlebaran.

Menurut salah satu versi sejarawan, bahwa Arti dan latar belakang lahirnya tradisi HALAL BIHALAL itu, diciptakan dan dirumuskan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah (Ulama pendiri Nahdlatul Ulama).

Dimaknai sebagai aktivitas saling memaafkan. KH Abdul Wahab Hasbullah mengusulkan kepada Soekarno selaku presiden agar momentum pada hari Raya Iedul Fitri tahun 1948, dijadikan media konsolidasi para pemimpin bangsa yang sedang berkonflik dengan mengundang mereka untuk menghadiri acara halal bihalal di Istana Negara.

Agar para elit bangsa bisa saling memaafkan dan melupakan masalah perselisihan antar mereka demi terciptanya konsolidasi dan integrasi bangsa dan negara. Sangat dibutuhkan oleh negara Indonesia yang sedang berperang melawan kegigihan penjajah yang ingin kembali merebut kemerdekaan dan kedaulatan negara Indonesia yang sudah merdeka.

Baca juga:  Pastikan Keamanan di Kamar Mapenaling, Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang Gelar Sidak

Sungguh sebuah peristiwa yang mencerminkan kerjasama yang sangat solid antara kalangan ISLAM (KH Abdul Wahab Hasbullah) dengan kalangan NASIONALIS (Soekarno) dalam memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan integrasi bangsa Indonesia yang besar.

Dalam rangka menginternalisasi spirit konsolidasi itu, maka Jaros (Jaringan Organ Santri) 24 berikhtiar memanfaatkan momentum halal bihalal untuk merekatkan, mengkonsolidasi segenap komponen kekuatan santri agar terjadi kolaborasi sinergis untuk mencapai tujuan bersama yakni optimalisasi seluruh potensi santri sehingga dapat terakomodir di berbagai sektor kehidupan; sektor ekonomi, sosial, politik, eksekutif, legislatif dan lain-lain.

Dalam jagad konstalasi persaingan domestik dan global mutakhir, tak ada entitas yang bisa masuk ke ruang ragam sektor kehidupan tanpa konsolidasi kekuatan berbasis kolaborasi sinergis. Menyingkirkan mentalitas ego sektoral yang sering menjerumuskan pada semangat konfrontatif dan fragmentatif. Menghabiskan umur dan energi dalam sebuah kesia-sian.

Baca juga:  Ini Aktivitas Keseharian Terduga Teroris di Sepatan Timur Tangerang Yang Diringkus Densus 88

Untuk itu maka Jaros 24 memilih ikhtiar, berusaha menciptakan iklim untuk tumbuhnya semangat kolaboratif sinergis agar semua ragam potensi dan kapabilitas santri berkembang optimal dan terserap di ragam sektor kehidupan, tidak menumpuk ‘berjamah’ di sektor ruang ibadah mahdhoh di masjid, mushola dan lembaga keagamaan semata.

Ini sejalan dengan petuah Maulana KH Ahmad Rifai Arief, “Jadilah kalian layaknya ikan hidup. Jangan jadi ikan mati!”. Karena jika bersikap seperti ikan hidup akan memiliki kesadaran, kemerdekan dan semangat proaktif produktif untuk berkreasi menciptakan kualitas dan identitas diri yang kuat tanpa didikte oleh kuatnya hegemoni lingkungan yang menghambat potensi diri untuk berkembang maksimal. Sehingga mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungan dimana dia berada.

Bukan menjadi ikan mati yang pasif tak berkembang. Menjadi obyek yang didikte dan dipengaruhi oleh kehendak aktor di lingkungan dimana dia berada. Hanya bisa bersikap reaktif emosional sesuai kehendak dalang yang mengendalikannya. Menjadi korban hoaks dan setingan kehendak dalang meski kadang wawasan dan kedalaman pengetahuan sang dalang lebih rendah dibanding sang santri itu sendiri.

Baca juga:  Ketua Roiz Suryah PWNU Dukung Penuh Proses Hukum Ujaran Kebencian Bahar bin Smith

Disinyalir, ada santri, yang mau-maunya menjadi korban framing bersentimen agama. Mau-maunya menjadi korban politisasi identitas agama.

Untuk itu Jaros 24, mengajak seluruh komponen santri untuk bisa mengoptimalkan potensinya dan mampu mempertahankan ‘kewarasan’ akal dan keluhuran etika dalam melakukan segala aktivitas di segala ruang dan waktu termasuk dalam dunia politik. Semoga.

Wallahu ‘alam bishowwab. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *