Kita sering mendengar istilah “uang itu sensitif”. Karena itulah cerita soal kondisi keuangan ke orang terdekat, seringkali takut dianggap mengeluh, pamer, atau tidak tahu harus mulai dari mana? Akhirnya banyak orang memilih diam. Di Indonesia dan banyak tempat lain, bicarakan uang masih dianggap tabu.

Padahal, menurut ahli perilaku seperti Wendy De La Rosa, diam-diam menyimpan masalah keuangan justru bikin situasinya makin rumit. Kita jadi merasa sendirian, bingung cari solusi, dan akhirnya terjebak dalam tekanan finansial yang tak kunjung selesai.

Ketika diam menjadi kebiasaan, kita makin jauh dari solusi. Di sinilah muncul pertanyaan “mengapa uang jadi topik yang begitu sensitif?”

Mengapa Uang Jadi Topik yang Sensitif?

Dalam banyak budaya, uang bukan sekadar alat tukar. Ia melekat dengan status, harga diri, bahkan perasaan sukses atau gagal. Di Indonesia, konteks ini makin kompleks karena beberapa hal, di antaranya: 

1. Budaya komunal dan jaga image

Kita tumbuh dalam masyarakat yang menjunjung tinggi keharmonisan dan citra baik. Akibatnya, banyak orang enggan jujur tentang kondisi keuangannya karena takut dianggap gagal atau mempermalukan keluarga. Ada beban psikologis tersendiri jika harus mengakui sedang kesulitan apalagi di depan orang tua, pasangan, atau lingkungan sosial.

2. Takut dimanfaatkan atau dianggap gagal

Kalau kamu terlihat punya uang, ada kekhawatiran bakal dimintai pinjaman (yang belum tentu kembali). Sebaliknya, kalau terbuka soal kesulitan, takut jadi bahan gunjingan atau dianggap “menyusahkan”. Akhirnya, banyak orang memilih diam, dan ini justru memperparah situasi.

3. Pantangan sosial yang masih kuat

Pernah dengar ungkapan, “jangan ngomongin uang di depan makanan”? Atau, “tidak baik bicarakan uang terus-terusan”? Meskipun terdengar sederhana, kepercayaan seperti ini ikut menguatkan bahwa uang adalah topik yang “kotor” atau pantas dibicarakan hanya dalam ruang tertutup. Padahal, keuangan adalah bagian dari hidup yang sangat nyata dan penting.

Baca juga:  5 Manfaat Utama RPA bagi Perusahaan: Lebih Cepat, Efisien, dan Aman

4. Ekspektasi keluarga dan peran generasi

Banyak anak muda merasa tertekan karena standar hidup yang harus dipenuhi. Ada tuntutan untuk “sukses” secepat mungkin, bantu keluarga, dan tetap terlihat mapan. Ini membuat banyak generasi muda menutup-nutupi masalah finansial agar tidak dianggap gagal oleh keluarga atau lingkungan. 

Semua tekanan ini membuat banyak orang bingung harus mulai dari mana untuk memperbaiki kondisi keuangannya. Padahal, setelah berani terbuka, ada langkah-langkah konkret yang bisa diambil.

Dari Tabu ke Aksi Nyata Memilih Instrumen Keuangan yang Sesuai

Setelah berani mulai terbuka, langkah selanjutnya adalah menyusun strategi finansial yang realistis dan sesuai dengan kebutuhan pribadi. Namun, ini pun bisa jadi tantangan kalau belum terbiasa. Salah satu kunci yang sering terlewat? Memilih instrumen keuangan atau bank yang benar-benar bisa mendukung tujuan kita.

Misalnya, kamu ingin menyisihkan dana secara rutin untuk kebutuhan jangka pendek. Produk seperti tabungan berjangka atau deposito bisa jadi pilihan karena sifatnya yang “mengunci uang” dan membuat kamu tidak gampang tergoda untuk membelanjakan dana tersebut.

Namun, kalau tujuanmu adalah untuk jangka panjang, seperti dana pensiun atau rumah, kamu bisa mulai mempertimbangkan reksa dana, emas, atau bahkan investasi jangka panjang lainnya. Nah, di sinilah pentingnya memilih lembaga keuangan yang transparan, punya edukasi yang memadai, dan tentunya aman secara legal.

Menemukan Platform Finansial yang Mendukung

Rekomendasi bank dengan layanan digital atau platform keuangan bukan cuma tempat menyimpan uang. Platform ini juga bisa jadi mitra dalam perjalanan finansialmu. Dari banyaknya daftar bank dengan layanan digital,  pastikan kamu memilih rekomendasi bank dengan layanan digital dengan beberapa kriteria berikut ini:

1. Menyediakan fitur edukasi finansial seperti kalkulator investasi, tips budgeting, atau perencana keuangan digital.

Baca juga:  Cara Memberikan Treats Kucing yang Benar: Jangan Asal Kasih!

2. Transparan dalam biaya dan bunga agar kamu tahu betul risiko dan potensi yang diambil.

3. Fleksibel dan relevan dengan kebutuhan anak muda, termasuk yang mendukung metode pembayaran digital seperti QRIS, untuk transaksi harian yang lebih praktis dan terkontrol.

Karena saat uang tak lagi jadi rahasia yang menakutkan, kita bisa saling belajar, saling dukung, dan tumbuh bersama. Inilah yang kita butuhkan saat ini, membangun kebiasaan keuangan yang sehat dengan langkah kecil yang konsisten.

Salah satu cara paling sederhana dan berdampak adalah menabung dengan tujuan yang jelas. Namun tentu saja, agar prosesnya terasa lebih terarah, penting untuk memilih produk tabungan yang sesuai kebutuhan. Bukan cuma soal tempat menyimpan uang, namun juga bagaimana tabungan itu bisa bantu kamu berkembang.

Bank Neo Commerce melalui aplikasi neobank menghadirkan Tabungan NOW, yang dirancang agar proses menabung jadi lebih praktis dan terasa hasilnya. Produk ini cocok untuk kamu yang ingin membangun kebiasaan finansial sehat tanpa ribet. Kamu bisa mulai kapan saja dan dari nominal berapa pun.

Keunggulan lain dari Tabungan NOW adalah bunga kompetitif sebesar 4,25% per tahun yang cair setiap hari. Artinya, kamu bisa melihat tabunganmu bertumbuh secara real-time, bukan sekadar angka statis di layar. Ini bisa jadi motivasi tambahan untuk terus menabung secara konsisten.

Download aplikasi neobank di PlayStore atau App Store dan persiapan biaya menikah dan berumah tangga di Tabungan NOW sekarang. 

Cek info lebih lanjut dan terbaru di link Tabungan NOW.

***

PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Artikel ini juga tayang di vritimes