LINTAS24NEWS.com – Di tengah riuhnya cerita-cerita tentang kesaktian dan kekuatan duniawi, sebuah kisah inspiratif dari seorang ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU), Abuya Bustomi, terus lestari dan menjadi perbincangan.

Kisah ini bukan sekadar tentang kehebatan, melainkan sebuah pelajaran berharga tentang karomah keistimewaan spiritual yang dianugerahkan Tuhan kepada hamba-Nya yang saleh dan bagaimana ketenangan iman mampu menundukkan kesombongan.

Pertarungan Tanpa Perkelahian: Saat Pistol Tak Berdaya di Hadapan Ketenangan Sang Kyai

Kisah yang paling dikenal melibatkan pertemuannya dengan Jaro Farin (atau ada pula yang menyebut Jaro Paris), seorang jawara sakti dari Banten yang dikenal angkuh. Suatu hari, Jaro Farin mencegat mobil Abuya Bustomi di tengah jalan.

Dengan arogansi yang membara, ia turun dari kendaraannya, menghunus pistol, dan melepaskan tembakan ke arah mobil Abuya. Namun, tak ada kepanikan sedikit pun terpancar dari raut wajah Abuya Bustomi.

Dengan sikap tenang yang luar biasa, Abuya Bustomi turun dari mobilnya dan menghadapi Jaro Farin yang masih menodongkan pistol ke arahnya. Sang jawara mungkin mengira akan melihat ketakutan, namun yang terjadi justru di luar dugaannya.

Baca juga:  Kedapatan Mencuri Handphone, Pelaku Merengek Minta Ampun

“Tak perlu berkelahi,” ujar Abuya Bustomi seraya mengangkat tangannya. “Sekarang, coba cari di antara lima wujudku ini, mana yang asli. Jika kau bisa temukan, aku akan menyerah padamu.”

Seketika itu juga, Jaro Farin dikejutkan oleh pemandangan lima sosok Abuya Bustomi yang berdiri di hadapannya. Ia yang semula yakin dengan kesaktiannya, tiba-tiba merasakan kekuatan magisnya sirna seketika. Tangannya gemetar hebat, tubuhnya lemas, dan akhirnya ia ambruk di tanah, tak berdaya.

Karomah Bukan untuk Pamer: Pelajaran Berharga dari Sebuah Kisah Spiritual

Kisah ini jauh dari pertunjukan adu kesaktian. Sebaliknya, ia adalah narasi tentang kekuatan iman yang mengalahkan kesombongan duniawi. Abuya Bustomi, seorang kyai yang dikenal rendah hati, tak pernah sekalipun membanggakan karomahnya. Justru, cerita ini hidup dan berkembang dari mulut ke mulut para muridnya, karena beliau sendiri enggan mempublikasikannya.

“Karomah itu nyata, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita tetap rendah hati di hadapan-Nya,” demikianlah pesan yang tersirat kuat dari kisah ini.

Baca juga:  Isu Mafia Tanah Di Pantura Tangerang Coreng Nama Baik Wilayah

Refleksi dari Sebuah Mukjizat Keimanan: Makna di Balik Pertemuan Dua Kekuatan

Kisah Abuya Bustomi dan Jaro Farin memberikan beberapa pelajaran mendalam:

1. Karomah adalah Amanah, Bukan Sarana Pamer: Keistimewaan spiritual tidak untuk dipamerkan atau disalahgunakan. Abuya Bustomi menggunakannya hanya saat diperlukan, bukan untuk unjuk kekuatan.

2. Kesombongan Akan Jatuh dengan Sendirinya: Sekuat apa pun seseorang, kesombongan akan menuntun pada kehancuran. Jaro Farin, dengan segala kesaktiannya, takluk di hadapan ketenangan seorang wali.

3. Kekuatan Sejati Berasal dari Ketakwaan: Kisah ini menegaskan bahwa kekuatan fisik atau kesaktian duniawi tidak ada artinya dibandingkan dengan perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Kekuatan sejati terletak pada ketakwaan dan keimanan yang kokoh.

Hingga saat ini, kisah ini terus menginspirasi generasi NU sebagai pengingat akan kekuatan spiritual yang tulus. Ia bukan hanya tentang mukjizat yang spektakuler, melainkan tentang ketabahan, kesabaran, dan keyakinan teguh akan pertolongan Ilahi.

Kisah ini adalah warisan spiritual yang abadi, mengajarkan bahwa kebesaran sejati terletak pada kerendahan hati dan kepasrahan kepada Sang Pencipta.

(Red)