Banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang sudah bekerja keras, jualan setiap hari, omzet terlihat besar, tapi ujung-ujungnya saldo rekening tetap tipis. Mungkin kamu juga pernah merasakannya penjualan lancar, pelanggan ramai, tapi keuntungannya seolah menguap entah ke mana.
Fenomena ini umum banget terjadi karena banyak pebisnis yang fokus pada balik modal, bukan pada mengelola modal. Padahal, dua hal itu berbeda jauh. Balik modal berarti uangmu kembali, sementara pengelolaan modal yang baik justru membuat uangmu berkembang.
Kalau kamu ingin bisnismu bertahan lama dan menghasilkan keuntungan nyata, inilah saatnya mulai mengatur uang usaha dengan lebih bijak.
1. Pisahkan uang pribadi dan uang usaha
Ini aturan paling dasar, tapi masih sering dilanggar. Banyak pelaku usaha yang mencampur uang pribadi dan uang bisnis dalam satu rekening. Hasilnya? Uang usaha sering “terpakai” untuk kebutuhan pribadi tanpa terasa mulai dari beli makan siang, traktir teman, atau belanja keluarga.
Cara paling aman adalah membuat rekening terpisah khusus untuk usaha. Dengan begitu, kamu bisa memantau arus kas lebih jelas: berapa pengeluaran operasional, berapa pendapatan harian, dan berapa sisa modal.
Contoh nyata: Bayangkan kamu punya warung kopi. Kalau keuntungannya tiap hari langsung dipakai untuk jajan atau nongkrong, kamu tidak akan pernah tahu apakah bisnismu sebenarnya untung atau hanya muter modal. Dengan memisahkan rekening, kamu bisa mengukur kinerja usaha dengan lebih akurat.
2. Catat semua pengeluaran
Sering kali kerugian bisnis datang bukan karena penjualan menurun, tapi karena kebocoran kecil yang dibiarkan. Misalnya, uang parkir, pembelian bahan tambahan, atau biaya listrik yang naik diam-diam.
Kebiasaan mencatat pengeluaran bisa membantu kamu mendeteksi area yang bisa dihemat. Kamu tidak perlu sistem rumit bisa pakai aplikasi keuangan sederhana atau spreadsheet harian. Yang penting, semua transaksi tercatat.
Contohnya, pemilik toko hijab yang mulai mencatat biaya kecil seperti ongkos plastik kemasan dan tagihan listrik bulanan akhirnya sadar bahwa ada pengeluaran tetap yang bisa ditekan dengan membeli bahan kemasan secara grosir. Dari sana, margin keuntungannya naik tanpa harus menambah penjualan.
3. Tentukan gaji untuk diri sendiri
Banyak pengusaha kecil merasa “tidak enak” menggaji diri sendiri karena semua uang dianggap milik usaha. Akibatnya, keuangan pribadi dan usaha jadi tumpang tindih. Padahal, menggaji diri sendiri justru penting agar kamu bisa menghitung profit secara realistis.
Tentukan nominal gaji tetap setiap bulan, sesuai kemampuan bisnis. Misalnya, jika omzet usahamu Rp10 juta per bulan, alokasikan 10–15% untuk gaji pribadi. Dengan begitu, kamu tahu mana penghasilan pribadi dan mana keuntungan usaha yang bisa diputar lagi.
Cara ini membuat kamu disiplin dan tidak asal mengambil uang dari kas bisnis.
4. Buat anggaran operasional bulanan
Setiap bisnis pasti punya pengeluaran rutin seperti bahan baku, sewa tempat, gaji karyawan, hingga biaya promosi. Tanpa anggaran yang jelas, semua terasa penting dan akhirnya semua dibelanjakan.
Buatlah budget operasional yang realistis, berapa batas maksimal untuk pengeluaran bulanan, termasuk dana darurat usaha. Misalnya, kamu bisa menetapkan 60% dari total pendapatan untuk biaya operasional, 20% untuk pengembangan usaha, 10% untuk tabungan atau investasi, dan 10% untuk dana darurat.
Dengan pembagian ini, kamu punya panduan jelas setiap bulan. Kalau pengeluaran melebihi batas, itu tanda harus evaluasi ulang strategi bisnis.
5. Putar keuntungan, bukan modal
Salah satu kesalahan umum pebisnis adalah terus memakai modal awal untuk operasional tanpa pernah menyisihkan laba untuk pengembangan. Padahal, growth bisnis yang sehat terjadi saat keuntungan digunakan untuk menambah nilai usaha, bukan sekadar bertahan.
Misalnya, dari keuntungan tiga bulan terakhir kamu sisihkan 30% untuk menambah stok barang atau memperbaiki branding online. Langkah kecil ini bisa membuka peluang peningkatan omzet tanpa harus mengambil pinjaman tambahan.
Dengan mindset seperti ini, kamu bukan hanya bertahan, tapi juga tumbuh secara berkelanjutan.
6. Siapkan dana darurat usaha
Banyak pelaku UMKM yang baru sadar pentingnya dana cadangan ketika sudah kepepet saat mesin rusak, stok bahan habis karena cuaca, atau penjualan menurun drastis.
Idealnya, dana darurat bisnis setidaknya mencakup pengeluaran operasional selama 3–6 bulan. Fungsinya bukan hanya untuk bertahan, tapi juga memberi kamu ruang bernapas untuk mengambil keputusan strategis tanpa panik.
Kalau arus kas sedang ketat, bisa juga manfaatkan layanan pinjaman modal jangka pendek sebagai solusi sementara. Namun, pastikan digunakan dengan bijak dan punya rencana pengembalian yang jelas.
7. Evaluasi keuangan secara berkala
Setiap tiga bulan, luangkan waktu untuk meninjau laporan keuangan bisnis:
Apakah omzet meningkat?
Apakah pengeluaran bisa ditekan?
Apakah margin keuntungan stabil?
Dari sini, kamu bisa menentukan langkah selanjutnya, apakah perlu menambah modal, memperluas produk, atau mengefisienkan biaya. Evaluasi berkala membuat bisnis lebih adaptif menghadapi perubahan pasar.
Biar Uang Usaha Tidak Cuma Muter di Tempat
Mengatur uang usaha bukan cuma soal disiplin mencatat, tapi juga soal mindset. Uang bisnis harus diperlakukan seperti alat kerja, bukan “uang jajan”. Dengan manajemen yang rapi, kamu bisa melihat hasil nyata dari setiap usaha yang kamu jalankan.
Kalau kamu ingin lebih mudah memisahkan dan mengelola uang bisnis, kini banyak solusi digital yang bisa bantu kamu melakukannya lebih efisien. Salah satunya lewat Neo Bisnis, platform keuangan digital dari neobank yang dirancang khusus untuk pelaku usaha.
Lewat Neo Bisnis, kamu bisa buka rekening bisnis secara online, kelola arus kas, bahkan ajukan pinjaman modal untuk ekspansi usaha semua dalam satu aplikasi yang praktis dan aman.
Karena di dunia usaha, yang bertahan bukan hanya yang rajin jualan, tapi juga yang bijak mengatur uangnya. Yuk, mulai benahi keuangan bisnismu sekarang dan biarkan Neo Bisnis bantu kamu berkembang lebih cepat!
Neo Bisnis di neobank dari Bank Neo Commerce punya fitur QRIS untuk toko. Cara bikin QRIS di neobank pun mudah. Aktifkan rekening Neo Bisnis dengan geser dari akun personal ke akun bisnis, isi data, lalu aktivasi QRIS Neo Bisnis. Nikmati pencairan uang usaha 3x sehari untuk transaksi di bawah jam 14.00 WIB, termasuk akhir pekan dan tanggal merah, transfer antarbank 90x, dan bunga kompetitif. Dengan aktif menggunakan Neo Bisnis, kamu bisa punya kesempatan mengajukan pinjaman usaha kecil atau pinjaman cepat untuk modal usaha dari neobank.
Jangan lupa buat Nomor Induk Bisnis (NIB) yang bikin usahamu legal, profesional, dan lebih dipercaya pelanggan. Yuk, buka rekening bank untuk usaha kecil di Neo Bisnis sekarang.
Klik link Neo Bisnis untuk info lengkap dan terbaru mengenai Neo Bisnis.
Download neobank dari Bank Neo Commerce di PlayStore atau App Store dan sekarang.
***
PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Artikel ini juga tayang di vritimes