LINTAS24NEWS.com – Nuzulul Quran merupakan waktu diturunkannya Al-Quran sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW), melalui Malaikat Jibril.
Nuzulul Quran diperingati setiap 17 Ramadhan dan pada tahun ini, malam Nuzulul Quran jatuh pada 8 April 2023.
Kemudian seluruh muslim di tanah air pada umumnya mengisi malam Nuzulul Quran dengan berbagai kegiatan seperti tumpengan, pengajian, istigasah, tahlil, khataman Al-Quran dan lainnya.
Nuzulul Quran merupakan peristiwa yang berkaitan dengan malam Lailatul Qadar. Meski begitu keduanya disebut sebagai dua peristiwa yang berbeda.
Mengutip situs Nahdlatul Ulama (NU) beberapa pakar tafsir menyebutkan ada dua proses diturunkannya Al-Quran.
Selanjutnya keterangan proses tersebut yaitu pertama Al-Quran diturunkan secara keseluruhan (Jumlatan Wahidah), sedangkan yang kedua, Al-Quran diturunkan secara bertahap (Najman Najman).
Sebelum diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di bumi, Allah SWT terlebih dahulu menurunkan Al-Quran secara menyeluruh di langit dunia dan dikumpulkan jadi satu di Baitul Izzah.
Kemudian diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama kurang lebih 20 tahun.
Hal tersebut berdasarkan pendapat tafsir terkemuka oleh Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi:
وَلَا خِلَافَ أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عَلَى مَا بَيَّنَّاهُ جُمْلَةً وَاحِدَةً، فَوُضِعَ فِي بَيْتِ الْعِزَّةِ فِي سَمَاءِ الدُّنْيَا، ثُمَّ كَانَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْزِلُ بِهِ نَجْمًا نَجْمًا فِي الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي وَالْأَسْبَابِ، وَذَلِكَ فِي عِشْرِينَ سَنَةً
Artinya: Tidak ada perbedaan bahwa Al-Quran diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh pada malam Lailatul Qadar secara keseluruhan seperti penjelasan kami. Maka Al-Quran terlebih dahulu diletakan di Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menurunkannya secara berangsur tentang perintah, larangan dan sebab-sebab lainnya. Demikian itu terjadi selama 20 tahun.
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ أُنْزِلَ الْقُرْآنَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى الْكَتَبَةِ فِي سَمَاءِ الدنيا، ثم نزل بِهِ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ نُجُومًا- يَعْنِي الْآيَةَ وَالْآيَتَيْنِ- فِي أَوْقَاتٍ مُخْتَلِفَةٍ فِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ سَنَةً
Artinya: Sahabat Ibnu Abbas berkata, Al-Quran diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur, satu dan dua ayat, di waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun.
Sedangkan Syekh M Ali As-Shabuni menyebutkan Al-Quran pertama kali turun pada 17 Ramadhan saat usia Rasulullah 40 tahun. Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW yakni Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Waktu itu, Nabi Muhammad SAW sedang mengasingkan diri untuk menenangkan pikiran dan batin di Gua Hira, Jabal Nur. Jaraknya sekitar 6 km dari Mekkah.
بَدْءُ الْوَحْيِ (لَمَّا بَلَغَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ سِنَّ الْكَمَالِ وَهِيَ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً أَرْسَلَهُ اللهُ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا لِيُخْرِجَهُمْ مِنَ ظُلُمَاتِ الْجَهَالَةِ إِلَى نُوْرِ الْعِلْمِ وَكَانَ ذَلِكَ فِيْ أَوَّلِ فَبْرَايِرْ سَنَةَ ٦١٠ مِنَ الْمِيْلَادِ كَمَا أَوْضَحَهُ الْمَرْحُوْمُ مَحْمُوْدْ بَاشَا اَلْفَلَكِيُّ، تَبَيَّنَ بَعْدَ دِقَّةِ الْبَحْثِ أَنَّ ذَلِكَ كَانَ فِيْ 17 رَمَضَانَ سَنَةَ 13 قَبْلَ الْهِجْرَةِ وَذَلِكَ يُوَافِقُ يُوْلِيُوْ سَنَةَ ٦١٠
Artinya: (pasal pertama kali wahyu turun), saat Nabi menginjak usia matang, yaitu 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan, untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Demikian itu terjadi di awal bulan Februari tahun 610 Masehi seperti yang dijelaskan Syekh Mahmud Basya sang pakar astronomi. Namun, setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijriyah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi. (Syekh Muhammad al-Khudlari Bik, Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin).
Di sanalah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, yang disampaikan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, yakni Surat Al-Alaq ayat 1-5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Selain peristiwa di Gua Hira, ada argumen lain dari para ulama yang menjadi dasar peringatan Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan. Itu mengacu pada Al-Quran Surat Al-Anfal ayat 41 yaitu:
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di Hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Para ulama mengartikan kata ‘Yaumul furqan’ sebagai pertemuan pasukan Muslim dan Kafir Quraisy, yang terjadi saat Perang Badar pada 17 Ramadhan.
Selain itu, sebagaimana yang dikemukakan Imam ath-Thabari dalam Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran (13/562) dengan mengutip Hasan bin Ali.
قال الحسن بن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: كانت ليلة “الفرقان يوم التقى الجمعان”، لسبع عشرة من شهر رمضان
Artinya: Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA berkata, ‘Yang dimaksud dengan malam al-furqan yaumul taqal Jamʽan’ adalah tanggal 17 bulan Ramadhan.
Catatan: Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan harokatnya, karena semua itu dikutip dari situs Nahdlatul Ulama (NU), semoga bermanfaat.
(Bandi)