LINTAS24NEWS.com – Sebuah babak baru dimulai bagi warga yang hidup di sekitar Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Pada tanggal 7 September 2025, mereka secara resmi mendeklarasikan pembentukan Forum Masyarakat Sekitar Soekarno-Hatta (Formassa). Berpegang pada semangat “Berserikat, Berdaulat, dan Bermartabat,” wadah ini dibentuk untuk menjadi mitra kritis bagi pengelola bandara dan pemerintah.
Selama puluhan tahun, masyarakat di sekitar bandara sering kali menghadapi berbagai masalah klasik tanpa solusi tuntas. Mulai dari kebisingan pesawat yang tak kunjung reda, pembatasan akses, hingga tantangan ekonomi. “Kami bukan kelompok penentang. Kami hadir sebagai mitra kritis yang konstruktif untuk bersama-sama membangun keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan,” ujar Ketua Formassa yang akrab disapa Bang Ucok.
Empat Isu Kunci yang Melatari Pembentukan Formassa
Deklarasi Formassa didorong oleh empat isu utama yang sudah lama menjadi keresahan masyarakat:
1. Dampak Lingkungan dan Kesehatan: Keluhan utama adalah tingkat kebisingan pesawat yang terus meningkat, serta kekhawatiran terhadap kualitas udara dan air.
2. Pembatasan Hak Sipil: Warga merasa hak-haknya terbatas akibat pembangunan bandara, mulai dari akses lahan hingga proses administrasi kependudukan.
3. Dilema Ekonomi: Meski bandara membuka lapangan kerja, warga lokal sering kali tidak memiliki keterampilan yang sesuai. Sebaliknya, usaha mikro dan tradisional justru tergerus.
4. Komunikasi Satu Arah: Selama ini, dialog yang terjalin dinilai lebih sering bersifat sosialisasi kebijakan yang sudah jadi, bukan dialog partisipatif yang melibatkan warga secara aktif.
Formassa hadir untuk mengubah pola hubungan ini menjadi kemitraan yang lebih setara. Bang Ucok menjelaskan, tiga pilar motto mereka Berserikat, Berdaulat, dan Bermartabat menjadi panduan. Berserikat berarti kekuatan utama terletak pada persatuan. Berdaulat menunjukkan keinginan masyarakat untuk menjadi subjek, bukan objek, dari pembangunan. Sedangkan Bermartabat adalah tuntutan untuk diperlakukan dengan hormat dan diakui hak-haknya.
Langkah Strategis dan Harapan ke Depan
Setelah resmi terbentuk, Formassa telah menyiapkan sejumlah agenda strategis. Prioritas utama mereka adalah melakukan pemetaan data dan aspirasi warga secara menyeluruh. Data yang akurat ini akan menjadi modal utama mereka dalam bernegosiasi.
Selain itu, Formassa akan membangun skema komunikasi yang terstruktur dengan PT Angkasa Pura II, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat. Mereka juga akan mendorong program Corporate Social Responsibility (CSR) yang transformatif, seperti beasiswa pendidikan dan pelatihan keterampilan yang relevan, alih-alih program yang bersifat seremonial. Formassa juga berkomitmen untuk melakukan pengawasan partisipatif terhadap dampak lingkungan demi memastikan keselamatan dan kesehatan warga.
Jalan yang akan ditempuh Formassa tentu tidak mudah. Tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi dan membangun kepercayaan dengan pengelola bandara. Namun, semangat yang menggelora pada hari deklarasi menjadi modal kuat. Keberhasilan Formassa tidak diukur dari seberapa banyak tuntutan yang terpenuhi, tetapi seberapa harmonis dan berkelanjutannya hubungan antara bandara dan komunitas yang mengelilinginya.
Jika kemitraan ini berjalan baik, Bandara Soekarno-Hatta tidak hanya akan menjadi pintu gerbang Indonesia, tetapi juga contoh ideal bagaimana sebuah infrastruktur kelas dunia dapat hidup berdampingan secara harmonis dan saling menguntungkan dengan masyarakat sekitarnya. Pada akhirnya, bandara yang kuat lahir dari masyarakat sekitar yang sejahtera dan bermartabat.
(Rdk)