BANDUNG — Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wisata terus dilakukan Holding Perkebunan Nusantara, melalui unit usahanya, PTPN I Regional 2. Salah satu bukti nyata program pemberdayaan tersebut dapat dilihat di Rengganis Suspension Bridge, kawasan wisata alam unggulan di Kebun Teh Rancabali, Kabupaten Bandung, yang kini menjadi sumber penghidupan baru bagi puluhan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Wahana wisata yang populer dengan sebutan “Jalur Nyali” ini merupakan jembatan gantung sepanjang 370 meter dengan ketinggian 75 meter di atas lembah menuju Kawah Rengganis. Kawasan wisata ini menjadi magnet baru wisata agro milik PTPN I Regional 2 di bawah pengelolaan Holding Perkebunan Nusantara dan terus menarik ribuan wisatawan setiap bulannya.

Selain menjadi destinasi unggulan, pengelolaan Rengganis Suspension Bridge juga menghadirkan dampak sosial yang signifikan melalui kemitraan dengan masyarakat lokal. Sebanyak puluhan kios dan warung yang dikelola UMKM berdiri di area parkir utama kawasan wisata. Para pelaku usaha ini direkrut dan dikoordinasikan oleh PTPN I Regional 2 bersama mitra pengelola PT Prakarsa Mulia.

“Mereka adalah pelaku usaha UMKM yang kami rekrut untuk bisa berusaha di sini. Kami koordinasikan agar mampu melayani wisatawan dengan baik. Ini adalah komitmen kami untuk maju bersama masyarakat sekitar agar keberadaan perusahaan memberi efek ekonomi dan membuka lapangan kerja,” ujar Desmanto, Region Head PTPN I Regional 2, Senin (20/10/2025).

Baca juga:  NIO Kembangkan Jaringan Global, Indonesia Masuk Radar Ekspansi Berikutnya

Salah satu pelaku UMKM yang kini merasakan manfaat program ini adalah Warung Kopi “Mang Eko”. Di warung sederhana tersebut, pengunjung dapat menikmati kopi, teh, dan kuliner ringan khas pegunungan sambil bersantai menikmati panorama Rancabali.

“Kemitraan ini telah menunjukkan dampak positif dalam pemberdayaan UMKM dan masyarakat lokal. Keberhasilan program ini menjadi perwujudan nyata dukungan BUMN terhadap agenda pembangunan nasional,” kata Aris Handoyo, Sekretaris Perusahaan PTPN I.

Aris menegaskan, langkah ini merupakan bagian dari mandat Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III Persero) untuk memastikan seluruh aset perkebunan dapat memberikan nilai tambah tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial.

“Kemitraan Rengganis Suspension Bridge adalah contoh nyata bagaimana aset BUMN dapat menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan, memastikan masyarakat lokal menjadi subjek utama pembangunan pariwisata,” ujarnya.

Membangun dari Desa

Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Danas, menilai kemitraan dengan masyarakat di sekitar Rancabali sejalan dengan visi kepemimpinan nasional yang menekankan pembangunan dari desa dan penguatan ekonomi rakyat.

“Program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini secara langsung merefleksikan dua cita-cita utama Presiden Prabowo Subianto. Pertama, kita berhasil meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas dan mendorong kewirausahaan melalui pemberdayaan UMKM lokal serta penyerapan 90% tenaga kerja pemuda setempat,” ujar Teddy.

Baca juga:  Tingkatkan Keselamatan di Perlintasan Sebidang, KAI dan DJKA Uji Coba Panic Button di Semarang

Ia menambahkan, kemitraan ini juga menjadi langkah konkret untuk menciptakan pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. “Dengan menyediakan infrastruktur warung, tempat tinggal, dan kebijakan bebas iuran, kami memastikan masyarakat asli yang direlokasi menjadi penerima manfaat utama dari kemajuan kawasan wisata ini,” tegasnya.

Keberhasilan program ini turut diakui oleh masyarakat. Salah satunya Eko Marta Wijaya (39 tahun), Ketua UMKM kawasan parkir Rengganis Suspension Bridge. Ia menuturkan bahwa program relokasi yang dijalankan sejak pembangunan kawasan wisata berlangsung membawa perubahan besar bagi kehidupan warga.

“Tahun 2019, saat kawasan wisata mulai dibangun, kami yang tinggal di sekitar kawah direlokasi dan disediakan bangunan warung yang bisa digunakan sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggal. Sebanyak 25 warung disiapkan tanpa biaya, lengkap dengan fasilitas kebersihan dan pengangkutan sampah. Alhamdulillah, dari usaha ini rata-rata teman-teman bisa mengantongi penghasilan hingga Rp1 juta per minggu,” ungkap Eko.

Langkah pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan wisata ini mempertegas komitmen Holding Perkebunan Nusantara untuk tidak hanya fokus pada pengelolaan aset perkebunan, tetapi juga membangun nilai ekonomi berkelanjutan melalui kolaborasi sosial dan pemberdayaan masyarakat.

Artikel ini juga tayang di vritimes