LINTAS24NEWS.com – Dalam sebuah kesempatan, Gus Baha menyampaikan kritik tajam kepada orang-orang Nahdlatul Ulama (NU) terkait tradisi pengajian umum yang semakin marak dan mengesampingkan ngaji kitab. Menurutnya, pengajian umum sudah terlalu berlebihan dan menggeser tradisi ngaji yang seharusnya menjadi standar NU.
Gus Baha menyoroti kecenderungan orang kaya yang suka dengan ulama dan kiai, namun lebih senang mengatur ulama daripada diatur oleh ulama. Ia menyampaikan ketidaksukaannya terhadap pengajian yang ribet dengan panggung besar dan sound system hanya demi kehadiran bupati. Ia menegaskan bahwa lebih baik uang tersebut digunakan untuk mencetak naskah kitab daripada mengadakan pengajian yang hanya mengejar jumlah jamaah.
Ia menginginkan agar ulama kembali memiliki otoritas dan mampu mengatur orang kaya, bukan sebaliknya. Menurutnya, kecenderungan sekarang adalah ulama diatur oleh orang kaya yang menganggap memuliakan kiai dengan uang. Fenomena ini terutama terjadi di Jawa Timur, di mana kiai yang kedonyan (mencintai dunia) klop dengan orang kaya yang senang memuliakan kiai dengan uang.
Gus Baha juga menekankan pentingnya menjaga tradisi ngaji kitab para pendiri pesantren seperti Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Kholil, dan Syaikh Mahfudz Termas. Ia menceritakan pengalamannya diundang ke beberapa pesantren dan hanya bersedia hadir jika disediakan naskah-naskah dari pendiri pesantren tersebut. Ia prihatin bahwa banyak dzurriyah (keturunan) para pendiri pesantren yang tidak peduli dengan naskah-naskah tersebut.
Lebih lanjut, Gus Baha mengkritik kiai-kiai NU yang sudah alim (berilmu) namun lebih suka bicara yang mujmal (umum) daripada yang tafsil (rinci). Menurutnya, banyak kiai yang sehari bisa manggung tiga kali tanpa memahami problem dakwah di setiap tempat. Ceramah-ceramah yang disampaikan pun sering kali hanya standar dan lucu tanpa ada kedalaman materi.
Ia juga menyinggung pondok-pondok NU yang mengikuti tren dengan mengundang ustad atau kiai yang tidak jelas hanya karena ikut-ikutan tren. Gus Baha menyesalkan bahwa warga NU lebih mengenal tulisan tokoh-tokoh seperti Gus Ulil, Nusron, bahkan Abu Janda, daripada naskah-naskah Mbah Hasyim Asy’ari.
Gus Baha berharap tradisi ilmiah di NU dapat kembali. Kiai harus bisa mengatur orang kaya, bukan sebaliknya. Ia menekankan pentingnya menghidupkan kembali tradisi ngaji yang mendalam dan menyeluruh. Menurutnya, NU seharusnya melahirkan kiai-allamah (ulama besar), bukan hanya kiai-mubaligh (penceramah) seperti sekarang. Jika tidak, keilmuan dan kealiman NU bisa habis.
Sebagai penutup, Gus Baha menyampaikan bahwa keilmuan dan kealiman yang dimiliki pendiri NU harus dijaga dan diteruskan. Ia berharap dengan memulai kembali tradisi ngaji yang benar, NU akan mampu melahirkan generasi ulama yang hebat di masa depan.
(Red)