LINTAS24NEWS.com – Diduga uang insentif dipotong oknum inisial Y, beberapa orang Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Kiara Payung, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang kecewa. Pasalnya, apa yang selama ini mereka tunggu-tunggu tidak sesuai harapan.
Oknum berinisial Y, diketahui Ketua PKK yang juga isteri Kepala Desa (Kades) Kiara Payung (Mudarip) yang saat ini masih aktif. Dengan memegang jabatan trategis menjadi Ketua PKK di Desa Kiara Payung, diduga Y belum bisa menjalani tugasnya dengan sempurna.
Selain pemotongan uang insentif, kader PKK pun merasa dibohongi oknum saat pencairan yang pertama kali. Sebab, awal pencairan mereka diberitahu oleh oknum jumlah uang insentif di ATM hanya ada Rp1 juta per-Kader, dan dipotong Rp300 ribu, dengan alesan untuk administrasi.
“Awalnya saya percaya yang dibilang oknum Y, kalau uang insentif yang diambilnya di ATM Rp1 juta, tapi begitu saya ambil ATM dan buku tabungan terus diprint. Saya kaget, ternyata uang insentif milik saya yang diambil Y Rp1,5 juta, bukan Rp1 juta,” kesal salah satu Kader PKK inisial R, Rabu (3/6/21).
Menurut R, dirinya dan teman PKK hanya menerima uang insentif Rp700 ribu saat pencairan pertama dari oknum. Sebelum keluar dari PKK, ia sempat bertanya kepada oknum terkait pemotongan uang insentif yang begitu pantastis jumlahnya, karena ia ingin ketransparansian bukan umpet-umpetan.
“Waktu cair pertama kali, saya dan teman-teman cuma nerima uang insentif Rp700 ribu, padahal yang ditarik dari ATM Rp1,5 juta, saya lihat diprinan buku tabungan, kita sempat bertanya untuk apa uangnya dipotongin, kata oknum untuk ngurus operator bank, kecamatan, lsm dan acara,” ungkapnya.
Karena merasa kecewa dengan ulah oknum yang mengulangi kembali perbuatannya. Lantas R mengajukan pengunduran diri menjadi Kader PKK Kiara Payung. Meski begitu, ia sangat menyesalkan perbuatan oknum yang semula berjanji tidak memotong lagi uang insentif PKK.
“Setelah saya tahu perbuatan oknum tidak benar, lalu saya keluar dari PKK Kiara Payung, awalnya saya sempat dilarang keluar sama oknum, karena saya keras ingin keluar, akhirnya diperbolehkan oleh oknum, waktu itu yang ambil ATM serta buku tabungan masih dikit dari tangan oknum Y, ” ungkapnya.
Disisi lain, Kader PKK Kiara Payung, inisial J menceritakan kekecewaannya kepada wartawan terhadap isteri kades yang sudah memotong haknya tanpa ijin. Kemudian J mengambil ATM dan buku tabungannya dari tangan isteri kades (Y), untuk mencairkan uang insentif sendiri.
“Terus terang, saya juga merasa dibohongin, waktu pencairan pertama saya cuma dikasih Rp700 ribu. Kalau sekarang saya cairin uang sendiri, tapi masih aja ditagih Rp200 ribu sama Y waktu rapat, ada pak kades juga, alesannya buat operator bank, kecamatan dan LSM, ATM sama buku tabungan teman-teman PKK masih ada yang dipegang oknum Y,” lugasnya.
Hal yang sama diucapkan kader posyandu Kiara Payung berinisial TS, ia pun merasa dibohongin seperti teman-teman kader yang lain, apa yang ia inginkan tidak sesuai dengan harapan. Kemudian ia berinisiatif untuk mengambil ATM juga buku tabungan yang dipegang isteri kades (Y).
“Saya juga sama waktu cair pertama cuma terima uang Rp700 ribu, mungkin insentif saya Rp1,5 juta seperti punya teteh Ratna, ATM dan buku tabungan sudah saya ambil mau diprint biar tahu jumlah insentifnya, saya juga ditagih Rp200 ribu, ya bang ATM teman PKK masih ada yang di oknum Y,” cetusnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kiara Payung, Mudarip saat dikonfirmasi melalui telpon whats app membantah dan meradang, Mudarip meminta kader posyandu yang merasa kecewa agar datang menemui dirinya, untuk menanyakan siapa yang memotong uang insentif tersebut.
“Dipotongnya sama siapa, kata siapa uang insentif dipotongin, kalau memang dipotongin yang bersangkutan suruh berhadapan dengan saya. Ya, uda-ya uda konfirmasi sama saya, diakan pegang ATM masing-masing, dipotongin sama orang bukan, saya bom bardil tuh orang,” tandasnya. (Red/Tim)